Jelang gelaran pesta demokrasi yang
sebentar lagi dilaksanakan, geliat politik tanah air semakin meningkat,
partai-partai politik mulai gencar mempromosikan partai maupun calegnya dan
bahkan capresnya baik melalui iklan di media elektronik, sampai ke media cetak. Seolah berbanding terbalik dengan semangat parpol-parpol dalam
menyambut Pemilu, justru saat ini tingkat kepercayaan masyarakat kepada partai
politik, tokoh, dan pemerintah jauh menurun,
Bukan tanpa alasan, respon rakyat ini merupakan akibat dari rasa kecewa karena semenjak reformasi digulirkan, kondisi bangsa dan nasib rakyat belum mengalami perubahan berarti. Ditambah lagi ulah tokoh-tokoh politik yang awalnya tampak begitu meyakinkan namun kini justru menjadi pesakitan terjerat kasus suap, korupsi, dan lain-lain hingga pada akhirnya masyarakat menilai bahwa apapun partainya, siapa pun tokohnya, semua sama saja, hanya mempentingkan diri dan golongannya sendiri, dan rakyat hanya dijadikan komoditi untuk dieksploitasi pada masa kampanye saja.
Banyak parpol-parpol yang mencari
kesalahan atau kekurangan saingannya.supaya mereka kalah dan tidak ada yang
memilih mereka. Banyak sekarang yang menggunakan pemilu hitam, atau media lain. Yang digunakan untuk
menjatuhkan saingannya dan menjelekkannya. Akibatnya, tingkatan minat masyarakat dalam menggunakan hak suara pada pemilu
pun menurun, yang artinya golput meningkat. Beberapa orang sangat ingin Golput,
beberapa malah menyarankan orang lain untuk Tidak Golput.
Biasanya mereka yang golput itu
akibat rasa kecewaan, pesimis, putus asa dan apatis terhadap keadaan negeri
ini. Sebab, ketidaksertaan mereka dalam Pemilu akan menambah sedikit dukungan
untuk orang baik-baik di panggung kekuasaan. Jika orang-orang baik itu semakin
sedikit, maka peluang para koruptor dan penjahat akan semakin mudah melenggang
kepanggung kekuasaan. Jadi solusinya kita sebagai warga negara yang baik, kita
cari tahu mana calon yang terbaik, paling tidak menurut kita. Lalu kita
pilihlah dia yang pantas untuk menjadi presiden.